Jumat, 15 Mei 2020

CoronaVirus Disease 2019

CORONA VIRUS DISEASE 2019 (COVID-19)

LOTH BOTAHALA
1/5/2020

PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TRIBUANA KALABAHI


1.                 Virus
Sebelum kita berbicara tentang CoronaVirus Disease 2019 yang kini menjadi pandemi, sejenak kita sedikit mengenal apa itu virus secara umum. Kata virus berasal dari bahasa Latin vīrus, bahasa Sanskerta viṣa, bahasa Avesta vīša, dan bahasa Yunani Kuno ἰός yang semuanya berarti racun sudah muncul tahun1400. Maknanya sebagai "agen penyebab penyakit infeksi" pertama kali digunakan pada tahun 1728, sedangkan virus itu sendiri baru ditemukan oleh Dmitri Ivanovsky pada tahun 1892.
Virus adalah organisme subseluler yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron. Ukurannya lebih kecil daripada bakteri sehingga virus tidak dapat disaring dengan penyaring bakteri. Virus terkecil berdiameter hanya 20 nm (lebih kecil daripada ribosom). Virus dapat menginfeksi makhluk hidup, mulai dari manusia, hewan, tumbuhan, jamur, bahkan bakteri. Infeksi virus tersebut banyak menimbulkan akibat yang fatal bagi makhluk yang diinfeksinya. Virus juga tidak bisa bereplikasi (memperbanyak diri) tanpa menumpangi organisme lain. Oleh alasan inilah, virus diklasifikan sebagai organisme yang bersifat parasit atau merugikan.
Struktur virus dapat beragam dalam hal kompleksitasnya. Umumnya, organisme ini terdiri atas materi genetik berupa RNA atau DNA. Materi genetik tersebut dibungkus oleh selaput protein yang disebut dengan kapsid. Terkadang, virus memiliki membran lipid (envelope) yang menyelubungi kapsid saat virus berada di luar sel. Beberapa penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus, dan mungkin sudah Anda ketahui yakni : Cacar, Flu, Campak, gondong, rubella, cacar air, Hepatitis, Herpes, Polio, Rabies, Ebola, Demam Hanta, Infeksi HIV dan AIDS, Sindrom pernapasan akut berat atau SARS, termasuk yang disebabkan oleh SARS-Cov-2 (virus corona), Demam dengue, Zika, dan Epstein-Barr
Sebagian besar virus menyebabkan penyakit. Virus adalah microba “pemilih”, alias menyerang sel tertentu secara spesifik. Misalnya, virus-virus tertentu menyerang sel pada pankreas, sistem pernapasan, dan darah. Pada kasus tertentu, virus juga menyerang bakteri.
2.                 Asal CoViD-19
Virus-virus corona adalah sebuah keluarga yang disebut sebagai "virus-virus berselubung". Artinya mereka berselubung dalam jubah berminyak, yang dikenal dengan lapisan lipid, bertabur protein berwujud tonjolan-tonjolan seperti pada mahkota. Itulah mengapa virus-virus ini dinamai corona, yang dalam bahasa Latin berarti mahkota.
CoronaVirus Disease - 19 merupakan salah satu virus kelompok corona yang baru setelah MERS-Cov dan SARS-Cov-2. Virus ini dapat menyebabkan gangguan pernafasan dan radang pada paru. Virus ini dikabarkan awal pemunculannya di kota Wuhan, Cina, pada akhir Desember 2019. Virus ini menular dengan sangat cepat dan telah menyebar ke hampir semua negara, termasuk Indonesia, hanya dalam waktu beberapa bulan. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi Severe Acute Repository Syndrome CoronaVirus 2 (SARS-CoV-2). Gejala klinis yang timbul akibat penyakit ini sangat beragam, mulai dari flu biasa (batuk, pilek, nyeri tenggorokan, nyeri otot, nyeri kepala) hingga berkomplikasi berat (pneumonia). Perkembangan virus ini masih sementara berlangsung.
Menurut Profesor C.A Nidom selaku Ketua Tim Riset Corona & Formulasi Vaksin dari Profesor Nidom Foundation (PNF), bahwa Virus ini ada keanehan, yaitu punya tambahan struktur yang ada dalam dirinya yang tidak dipunyai SARS ataupun MERS. Yang membedakan di kalangan pengamat bahwa ini tambahan buatan atau tambahan secara alami. Prof Nidom lalu memaparkan, bahwa ada dua macam virus Corona. Jenis pertama yaitu low pathogenic, sifatnya tidak begitu ganas, karena reseptornya ada di saluran atas. Ini bisa sembuh karena di saluran atas, yang dengan batuk akan keluar. Jenis kedua high pathogenic, yang reseptornya ada di paru yang berakibat fatal tatkala virus itu masuk ke paru. Menurut Profesor Nidom (yang juga merupakan Guru Besar di Universitas Airlangga), ada tambahan protein sekitar 45 nukleotida yang membuatnya agak aneh. Apakah protein ini menempel pada virus yang berbadan kelelawar atau ada satu usaha penempelan, itulah yang belum diamati sehingga memerlukan kehati-hatian dalam menangani virus ini.
Menurut Ahli Genetik di University of Cambridge, Dr Peter Forster, bahwa tidak ada bukti yang menyatakan Virus Corona yang kini jadi pandemi global berasal dari Wuhan, meski pertama kali mewabah di sana. Jenis paling awal Virus Corona baru yang oleh ilmuwan disebut Tipe A banyak ditemukan di Amerika Serikat dan Australia. Tipe ini adalah nenek moyang dari Virus Corona dan punya hubungan dekat dengan Virus Corona yang ditemukan pada kelelawar dan trenggiling. Virus Corona Tipe B yang banyak ditemukan di Asia Timur berasal dari hasil mutasi Tipe A. Jenis Tipe B inilah yang genom pertamanya ditemukan di Wuhan dan kemudian penyakit ini menjadi mewabah. Sedangkan Virus Corona yang saat ini menyebar di Hong Kong, Singapura, Korea, dan negara-negara Eropa sebagian besar adalah Tipe C (yang sama sekali tidak ditemukan di China) merupakan hasil mutasi dari Tipe B.
Pada 11 Februari 2020, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam International Classification of Diseases (ICD) mengumumkan bahwa CoronVirus Diseae-19 atau yang disingkat "CoViD-19" menjadi nama resmi dari penyakit ini. Direktur WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menjelaskan singkatan nama tersebut bahwa kata "Co" adalah singkatan dari "Corona" (korona), kata "Vi" singkatan dari "Virus", dan kata "D" dari kata "Disease" (penyakit), sementara angka "19" adalah untuk tahun itu (2019) di mana wabah tersebut pertama kali diidentifikasi pada tanggal 31 Desember 2019. WHO menjelaskan bahwa virus memang sering kali memiliki nama yang berbeda dengan panyakit yang disebabkan. Sebagai contoh, HIV adalah nama virus yang menyebabkan penyakit AIDS.
Berbagai pendapat tentang perilaku Covid-19 yang dipengaruhi oleh musim, cuaca, suhu, pH, dan kelembaban bahkan mengonsumsi makanan alkali belum dapat dipastikan. Kerana pendapat-pendapat tersebut didasarkan pada virus SARS, MERS dan virus lain yang pernah mewabah di dunia.
3.                 Situasi terkini
Pandemi CoViD-19 di Indonesia diawali dengan temuan penderita pada 2 Maret 2020. Hingga 30 April 2020, telah terkonfirmasi 10.118 kasus positif CoViD-19 dengan 1.522 kasus sembuh dan 798 kasus meninggal.
Update CoVid-19 di Indonesia dan secara global beberapa waktu belakangan ini dapat dilihat pada Tabel-Tabel di bawah ini.

Tabel 1. Update CoVid-19 di Indonesia per 7 hari pada April
               2020
Tanggal
Positif
Sembuh
Meninggal
Jumlah
%
Jumlah
%
01-Apr-20
1.677
22
1,312
157
9,362
07-Apr-20
2.738
204
7,451
221
8,072
14-Apr-20
4.839
426
8,803
459
9,485
21-Apr-20
7.135
842
11,801
616
8,633
28-Apr-20
9.511
1.252
13,164
733
7,707
30-Apr-20
10.118
1.522
15,042
798
7,887

Tabel 2. Update CoVid-19 secara global 20-30 April 2020
Tanggal
Positif
Sembuh
Meninggal
Jumlah
%
Jumlah
%
20-Apr-20
2.394.291
611.880
25,556
164.938
6,889
21-Apr-20
2.483.113
652.552
26,280
170.498
6,866
22-Apr-20
2.553.435
688.639
26,969
177.293
6,943
23-Apr-20
2.636.898
717.619
27,215
184.186
6,985
24-Apr-20
2.708.470
738.257
27,257
190.788
7,044
25-Apr-20
2.790.986
781.382
27,997
197.306
7,069
26-Apr-20
2.921.439
836.978
28,650
203.289
6,959
27-Apr-20
2.990.559
875.497
29,275
207.446
6,937
28-Apr-20
3.064.225
922.387
30,102
211.537
6,903
29-Apr-20
3.138.097
955.695
30,455
217.968
6,946
30-Apr-20
3.193.886
972.719
30,456
227.638
7,127

Dari kedua Tabel di atas, dapat diketahui bahwa CoVid-19 akan terus mewabah ketika manusia terus tidak mengindahkan strategi penanggulangan yang dibuat oleh pemerintah. Bahkan di Nusa Tenggara Timur yang beberapa waktu lalu menemukan 1 pasien dan setelah dirawat beberapa lama kemudian dinyatakan telah sembuh, namun tanggal 30 April 2020 diberitakan bahwa di NTT sudah ada penambahan 9 pasien positif CoVid-19. Memang dibutuhkan kesadaran setiap pribadi untuk menaati segala kebijakan dari pemerintah terkait penanggulangan CoVid-19 ini.
Berbagai berita hoaks dan juga spekulasi-spekulasi rohani, mulai dari mujizat hingga akhir zaman telah banyak beredar di tengah-tengah masyarakat yang memicu pro-kontra di kalangan masyarakat awam. Berikut beberapa informasi yang perlu diperhatikan di antaranya:
1.        “Pengering tangan efektif untuk membunuh virus CoViD-19”. Sebenarnya yang harus dilakukan adalah mencuci tangan dengan air dan sabun secara teratur lalu dikeringkan dengan tisu. Karena hal ini dapat meminimalisir risiko masuknya virus ke dalam tubuh, bukan pengering tangan.
2.        WHO tidak menyarankan bagi Anda menggunakan lampu UV untuk mensterilkan tangan atau area kulit lainnya karena radiasi sinar UV dapat menyebabkan kulit menjadi iritasi. Karena sesungguhnya lampu UV hanya digunakan untuk mensterilkan alat-alat kesehatan seperti di ruang operasi atau di laboratorium.
3.        Pemindai suhu atau thermal detector hanya bisa mendeteksi orang dengan virus Corona yang mengalami gejala demam. Pasalnya, pemindai suhu tersebut bekerja untuk mendeteksi adanya perbedaan suhu. Orang yang memiliki suhu tubuh lebih tinggi dari normal karena infeksi virus ini dapat terdeteksi. Sebaliknya, pendeteksi suhu tidak dapat mendeteksi orang yang terinfeksi tetapi belum sakit demam.
4.        Menyemprotkan alkohol atau klorin ke seluruh tubuh Anda tidak akan membunuh virus yang telah memasuki tubuh Anda. Menyemprotkan zat-zat semacam itu bisa berbahaya bagi pakaian atau selaput lendir tubuh seperti mata dan mulut. Ketahuilah bahwa alkohol dan klorin dapat berguna untuk mendisinfeksi permukaan, tetapi perlu digunakan di bawah rekomendasi yang tepat.
5.        Vaksin pneumonia, seperti vaksin pneumokokus dan vaksin Haemophilus influenza tipe B, tidak memberikan perlindungan terhadap virus corona baru. CoViD-19 adalah virus baru dan berbeda sehingga membutuhkan vaksin sendiri.
6.        Tidak ada bukti bahwa mencuci hidung dengan saline secara teratur akan melindungi orang dari infeksi virus corona. Saline merupakan cairan larutan garam dan air yang digunakan pada perawatan kesehatan flu biasa.
7.        Menurut Profesor Nidom (penemu empon-empon yang juga merupakan Guru Besar di Universitas Airlangga), manfaat empon-empon bukan untuk memberantas atau menyembuhkan seseorang yang terinfeksi virus Corona. Akan tetapi empon-empon diduga bisa mengurangi dampak dari bahaya sitokin dan meningkatkan daya tahan tubuh.
8.        Belum ada satu pun penelitian yang menyebut keterkaitan hidup matinya virus Corona disease - 19 (bisa mati dalam suhu 26°C-27°C saat terkena sinar matahari) dengan suhu udara (Kepala Bidang Penelitian Fundamental Lembaga Biologi Molekular Eijkman, Herawati Sudoyo, Maret 2020). Menurut Herawati (2020), virus Corona memang akan mati jika dipanasi dengan suhu 56 derajat Celcius selama 30 menit. Namun, dia mengingatkan bahwa suhu di Indonesia tidak mencapai 56 derajat. Pada 8 Februari 2020, China Daily juga membantah isu bahwa sinar matahari bisa membunuh CoViD-19. Suhu iradiasi matahari tidak bisa mencapai 56 derajat Celcius. Sinar ultraviolet pun tidak dapat menyamai intensitas dari lampu ultraviolet. Karena itu, virus tersebut tidak dapat dibunuh oleh sinar matahari.
9.      Galamedianews.com memberitakan tanggal 8 April 2020 bahwa Ratusan orang meninggal dan ribuan lainnya harus mendapat perawatan setelah keracunan alkohol murni di Iran. Tepatnya 600 nyawa melayang dan 3.000 orang dalam kondisi lemas usai menenggak minuman yang diyakini mampu menyembuhkan CoViD-19. Selanjutnya media Suara.com memberitakan tanggal 28 April 2020 bahwa sebanyak 728 orang di Iran meninggal dunia setelah menenggak metanol beracun. Mereka nekat mengegak alkohol lantaran  mengira alkohol bisa membunuh virus corona.
10.    Para ahli kesehatan masih berusaha menemukan vaksin serta cara penanganan yang efektif untuk menghadapi virus ini. Namun, hingga saat ini, kebanyakan negara mengambil tindakan isolasi untuk menahan penyebaran virus corona. Sejauh ini, para tenaga medis lebih fokus pada penanganan gejala saat virus bekerja pada pasien.
11.    Berdasarkan informasi yang dipublikasikan U.S. Centers for Disease Control and Prevention orang-orang yang terinfeksi virus corona hanya menerima pengobatan untuk meredakan gejala yang mereka rasakan. Namun, beberapa obat yang diracik ulang seperti obat-obat untuk Ebola dan HIV berdasarkan penelitian terbaru menampakkan reaksi positif terhadap pengobatan pasien virus corona. Melalui penelitian yang dilakukan pada hewan, peneliti menemukan bahwa remdesivir bisa meredakan coronavirus, obat ini merupakan jenis obat yang digunakan di penyakit MERS dan SARS. Namun, di luar kondisi gawat darurat, obat-obatan ini belum membuktikan efektivitasnya. Obat yang dipergunakan secara luas dalam menangani malaria yaitu chloroquine juga menampakkan reaksi yang positif terhadap virus corona. Menurut profesor Fanxiu Zhu (Departemen Sains Biologi Universitas Florida), chloroquine tampak seperti obat yang punya konsentrasi lebih tinggi dibandingkan remdesivir, dan jika reaksi terhadap obat ini tampak benar-benar seperti yang terlihat dalam penelitian, obat ini cukup menjanjikan (sebagai obat corona).
4.                 Tanggapan pemerintah
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan telah menerapkan PSBB mulai Jumat 10 April 2020 masyarakat Jakarta dapat menunjukkan kedisiplinan dan komitmen untuk melewati 14 hari ke depan mulai 10-23 April 2020. Sebelumnya, telah dikeluarkan berbagai kebijakan pemerintah untuk menangani semakin mewabahnya CoViD-19, dimulai dari Permendagri nomor 20 tahun 2020 tentang percepatan penanganan Covid-19 di lingkungan pemerintah daerah, SE Mendagri Nomor 440/2436/SJ tentang pencegahan penyebaran CoViD-19 di lingkungan pemerintah daerah, Permenkumham nomor 11 tahun 2020 tentang pelarangan sementara orang asing masuk wilayah RI, PP Nomor 21 tahun 2020 tentang pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), hingga Permenkes Nomor 9 tahun 2020 tentang pedoman PSBB dalam rangka percepatan penanganan Covid-19. Bahkan Pemerintah telah resmi berlakukan larangan mudik mulai 24 April 2020, mengakibatkan seluruh moda transportasi dihentikan sementara hingga batas waktu yang ditentukan. Transportasi darat hingga 31 Mei, kereta api hingga 15 Juni, transportasi laut hingga 8 Juni, transportasi udara hingga 1 Juni. Semuanya ini untuk kepentingan/keselamatan masyarakat semata


Tabel 3. Beberapa istilah dalam penanganan CoViD-19.
Istilah
Kriteria
Pasien dalam pengawasan (PDP)
·    Orang dengan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), yaitu demam (≥38 °C) atau riwayat demam; disertai salah satu gejala/tanda penyakit pernapasan: batuk, sesak napas, sakit tenggorokan, pilek, atau pneumonia ringan hingga berat dan tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang meyakinkan dan pada 14 hari sebelum timbulnya gejala memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di negara/wilayah tertular CoViD-19.
·    Orang dengan demam (≥38 °C) atau riwayat demam atau ISPA dan pada 14 hari sebelum timbulnya gejala memiliki riwayat kontak dengan penderita CoViD-19.
·    Orang dengan ISPA berat atau pneumonia berat yang membutuhkan perawatan di rumah sakit dan tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang meyakinkan.
Orang dalam pemantauan (ODP)
Orang yang mengalami demam (≥38 °C) atau riwayat demam; atau gejala gangguan sistem pernapasan seperti pilek, sakit tenggorokan, atau batuk dan tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang meyakinkan dan pada 14 hari sebelum timbulnya gejala memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di negara/wilayah yang tertular CoViD-19.     
Orang tanpa gejala (OTG)
Seseorang yang tidak bergejala dan memiliki risiko tertular penderita CoViD-19. Orang tanpa gejala (OTG) memiliki kontak erat dengan penderita CoViD-19.
Kasus konfirmasi
Penderita CoViD-19 berdasarkan hasil pemeriksaan positif melalui pemeriksaan PCR.

Perlu diketahui pula bahwa hingga kini para ahli kesehatan masih berusaha menemukan vaksin serta cara penanganan yang efektif untuk menghadapi virus ini. Pola ikatan antara protein S di CoViD-19 dan ACE pada sel pernapasan, mirip dengan yang terjadi pada SARS-CoV-2. Kendati begitu para peneliti yakin ada perbedaan asam amino yang mengikat protein S di CoViD-19 dan ACE. Asam amino inilah yang mempengaruhi kelengketan virus pada sel pernapasan dan mudahnya terjadi penularan. Asam amino inilah yang menimbulkan peluang diciptakannya vaksin corona atau metode pengobatan lainnya. Ada beberapa negara yang menyatakan sedang mencoba vaksin corona dalam berbagai tahapan. Namun belum ada yang mendapat izin digunakan pada manusia dan diproduksi massal.
Sehingga untuk menghambat penyebaran CoViD-19 yang semakin meluas, kebanyakan negara mengambil tindakan isolasi. Para tenaga medis yang ditugaskan lebih fokus pada penanganan gejala saat virus bekerja pada pasien. Sebelum pasien dinyatakan positif terinfeksi, pasien menjalani swab tenggorok dan pemeriksaan laboratorium DNA dengan Polymerase Chain Reaction (PCR). Kemudian dilakukan monitoring dan terapi kepada pasien. Monitoring dan terapi tersebut meliputi: Isolasi, Implementasi PPI, Serial foto toraks, Suplementasi oksigen, Antimikroba empiris, Terapi simplomatik, Terapi cairan, Ventilasi mekanis, Penggunaan vasopressor, Observasi, serta pemilahan terapi penyakit penyerta.
Untuk melindungi diri sekaligus menahan penyebaran CoViD-19, masyarakat dihimbau untuk dapat melakukan hal-hal berikut, yaitu:
           Rutin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, terutama setelah beraktivitas di luar rumah atau di tempat umum.
           Hindari menyentuh area wajah, seperti mata, hidung, dan mulut sebelum membersihkan tangan
           Jangan keluar rumah jika merasa kurang sehat atau memiliki gejala flu
           Tutup mulut dan hidung dengan tisu atau siku bagian dalam ketika batuk atau bersin. Jika menggunakan tisu, segera buang tisu.
           Bersihkan barang-barang yang sering digunakan dengan disinfektan, seperti gawai atau handphone, laptop, meja, dan lainnya
           Terapkan gaya hidup sehat, mulai dari pola makan, olahraga, serta hindari begadang untuk menjaga dan meningkatkan kekebalan/daya tahan tubuh.
           Terapkan physical distancing, yaitu menjaga jarak minimal 1 meter dari orang lain, dan jangan dulu ke luar rumah kecuali ada keperluan mendesak.
           Gunakan masker saat beraktivitas di tempat umum atau keramaian.
           Hindari kontak dengan penderita CoViD-19, orang yang dicurigai positif terinfeksi CoViD-19, atau orang yang sedang sakit demam, batuk, atau pilek.
           Jaga kebersihanan lingkungan, termasuk kebersihan rumah.
Dapak terhadap psikologis dapat terjadi karena perasaan terjebak di bawah PSBB (karantina, pembatasan perjalanan, dan isolasi mandiri). Sehingga perlu diterbitkan suatu pedoman nasional intervensi krisis psikologis, yakni perawatan kesehatan mental untuk orang-orang yang terkena dampak, kontak dekat, mereka yang terisolasi di rumah, keluarga dan teman-teman dari orang yang terkena dampak, perawatan kesehatan pekerja, dan masyarakat umum yang membutuhkannya.
5.                 Kapan berakhir?
Suatu langkah maju, di mana beberapa negara (China, Amerika Serikat, Israel, Inggris, dan Indonesia) sedang mencoba membuat vaksin CoViD-19. Di Indonesia, vaksin ini disiapkan oleh Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, yang nantinya diproduksi melalui Institute of Tropical Disease (ITD). Banyak organisasi menggunakan genom yang diterbitkan untuk mengembangkan kemungkinan vaksin terhadap SARS-CoV-2. Pada akhir Januari 2020, Janssen Pharmaceutica mulai bekerja mengembangkan vaksin dengan memanfaatkan teknologi yang sama yang digunakan untuk membuat percobaan vaksin Ebola. Sanofi Pasteur (Divisi vaksin Sanofi) untuk pengembangan vaksin, sebelumnya telah mengembangkan vaksin untuk SARS dan mulai berharap memiliki calon vaksin dalam waktu enam bulan yang dapat siap untuk diuji pada orang dalam satu tahun hingga 18 bulan.
Meskipun obat CoViD-19 mungkin membutuhkan waktu hingga 2021, beberapa obat yang sedang diuji sudah disetujui untuk indikasi antivirus lain atau sudah dalam pengujian lanjutan. Antivirus yang diuji seperti inhibitor RNA polimerase remdesivir, interferon beta, triazavirin, klorokuin, dan kombinasi lopinavir/ritonavir. Obat lain yang sedang diuji termasuk galidesivir, antivirus spektrum luas yang merupakan inhibitor RNA polimerase nukleosida, dan beberapa obat antivirus sudah dalam uji klinis. Karena memiliki efek terhadap koronavirus lainnya dan mode tindakan yang menunjukkan pengobatan tersebut mungkin efektif.
Kemudian bagaimana dengan rentang waktu yang ada? Bagaimana agar penyebaran CoViD-19 ini bisa dihambat? Jawabannya tergantung Anda dan Saya. Kita dapat merasakan lapar dan dapat melihat makanan, tetapi kita tidak dapat merasakan bahkan melihat datangnya CoViD-19 selain dapat diketahui melalui gejala klinis. Oleh karena itu, mari hilangkan ego masing-masing, bersama-sama tunduk kepada kebijakan pemerintah, dan bersama-sama lakukan protokol kesehatan. Penting untuk diketahui bahwa pemerintah tidak memiliki niat buruk terhadap masyarakat.
PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Virus
https://www.sehatq.com/artikel/virus-adalah-organisme-mikroskopik-bisa-picu-penyakit-bagaimana-strukturnya
https://www.liputan6.com/health/read/3872997/virus-adalah-mikroba-penyebab-penyakit-klasifikasi-dan-penyebab-infeksinya#
https://www.liputan6.com/global/read/4227133/ilmuwan-bermutasi-3-kali-virus-corona-di-china-beda-jenis-dengan-eropa 
https://www.galamedianews.com/dunia/253471/diklaim-sembuhkan-pasien-covid-19-tenggak-alkohol-murni-600-warga-iran-tewas-3-000-jalani-perawatan.html
https://www.riauonline.co.id/internasional/read/2020/04/28/minum-alkohol-untuk-bunuh-covid-19-728-warga-iran-tewas
Wang Jing, Yu Li, Li Kefeng, 2020, Benefits and Risks of Chloroquine and Hydroxychloroquine in The Treatment of Viral Diseases: A Meta-Analysis of Placebo Randomized Controlled Trials, medRxiv 1-21