CORONA
VIRUS DISEASE 2019 (COVID-19)
LOTH
BOTAHALA
1/5/2020
PROGRAM
STUDI KIMIA
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
TRIBUANA KALABAHI
1.
Virus
Sebelum
kita berbicara tentang CoronaVirus Disease 2019 yang kini menjadi pandemi,
sejenak kita sedikit mengenal apa itu virus secara umum. Kata virus berasal
dari bahasa Latin vīrus, bahasa Sanskerta viṣa, bahasa Avesta vīša, dan bahasa
Yunani Kuno ἰός yang semuanya berarti racun sudah muncul tahun1400. Maknanya
sebagai "agen penyebab penyakit infeksi" pertama kali digunakan pada
tahun 1728, sedangkan virus itu sendiri baru ditemukan oleh Dmitri Ivanovsky
pada tahun 1892.
Virus
adalah organisme subseluler yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan
mikroskop elektron. Ukurannya lebih kecil daripada bakteri sehingga virus tidak
dapat disaring dengan penyaring bakteri. Virus terkecil berdiameter hanya 20 nm
(lebih kecil daripada ribosom). Virus dapat menginfeksi makhluk hidup, mulai
dari manusia, hewan, tumbuhan, jamur, bahkan bakteri. Infeksi virus tersebut
banyak menimbulkan akibat yang fatal bagi makhluk yang diinfeksinya. Virus juga
tidak bisa bereplikasi (memperbanyak diri) tanpa menumpangi organisme lain.
Oleh alasan inilah, virus diklasifikan sebagai organisme yang bersifat parasit
atau merugikan.
Struktur
virus dapat beragam dalam hal kompleksitasnya. Umumnya, organisme ini terdiri
atas materi genetik berupa RNA atau DNA. Materi genetik tersebut dibungkus oleh
selaput protein yang disebut dengan kapsid. Terkadang, virus memiliki membran
lipid (envelope) yang menyelubungi kapsid saat virus berada di luar sel.
Beberapa
penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus, dan mungkin sudah Anda ketahui
yakni : Cacar, Flu, Campak, gondong, rubella, cacar air, Hepatitis, Herpes, Polio,
Rabies, Ebola, Demam Hanta, Infeksi HIV dan AIDS, Sindrom pernapasan akut berat
atau SARS, termasuk yang disebabkan oleh SARS-Cov-2 (virus corona), Demam
dengue, Zika, dan Epstein-Barr
Sebagian
besar virus menyebabkan penyakit. Virus adalah microba “pemilih”, alias
menyerang sel tertentu secara spesifik. Misalnya, virus-virus tertentu
menyerang sel pada pankreas, sistem pernapasan, dan darah. Pada kasus tertentu,
virus juga menyerang bakteri.
2.
Asal
CoViD-19
Virus-virus corona
adalah sebuah keluarga yang disebut sebagai "virus-virus
berselubung". Artinya mereka berselubung dalam jubah berminyak, yang
dikenal dengan lapisan lipid, bertabur protein berwujud tonjolan-tonjolan
seperti pada mahkota. Itulah mengapa virus-virus ini dinamai corona, yang dalam
bahasa Latin berarti mahkota.
CoronaVirus Disease - 19
merupakan salah satu virus kelompok corona yang baru setelah MERS-Cov dan
SARS-Cov-2. Virus ini dapat menyebabkan gangguan pernafasan dan radang pada
paru. Virus ini dikabarkan awal pemunculannya di kota Wuhan, Cina, pada akhir
Desember 2019. Virus ini menular dengan sangat cepat dan telah menyebar ke
hampir semua negara, termasuk Indonesia, hanya dalam waktu beberapa bulan.
Penyakit
ini disebabkan oleh infeksi Severe Acute Repository Syndrome CoronaVirus 2
(SARS-CoV-2). Gejala klinis yang timbul akibat penyakit ini sangat
beragam, mulai dari flu biasa (batuk, pilek, nyeri tenggorokan, nyeri otot,
nyeri kepala) hingga berkomplikasi berat (pneumonia). Perkembangan virus ini
masih sementara berlangsung.
Menurut
Profesor C.A Nidom selaku Ketua Tim Riset Corona & Formulasi Vaksin dari
Profesor Nidom Foundation (PNF), bahwa Virus ini ada keanehan, yaitu punya
tambahan struktur yang ada dalam dirinya yang tidak dipunyai SARS ataupun MERS.
Yang membedakan di kalangan pengamat bahwa ini tambahan buatan atau tambahan
secara alami. Prof Nidom lalu memaparkan, bahwa ada dua macam virus Corona.
Jenis pertama yaitu low pathogenic,
sifatnya tidak begitu ganas, karena reseptornya ada di saluran atas. Ini bisa
sembuh karena di saluran atas, yang dengan batuk akan keluar. Jenis kedua high pathogenic, yang reseptornya ada di
paru yang berakibat fatal tatkala virus itu masuk ke paru. Menurut Profesor
Nidom (yang
juga merupakan Guru Besar di Universitas Airlangga), ada tambahan protein sekitar
45 nukleotida yang membuatnya agak aneh. Apakah protein ini menempel pada virus
yang berbadan kelelawar atau ada satu usaha penempelan, itulah yang belum
diamati sehingga memerlukan kehati-hatian dalam menangani virus ini.
Menurut
Ahli Genetik di University of Cambridge, Dr Peter Forster, bahwa tidak ada
bukti yang menyatakan Virus Corona yang kini jadi pandemi global berasal dari
Wuhan, meski pertama kali mewabah di sana. Jenis paling awal Virus
Corona baru yang oleh ilmuwan disebut Tipe A banyak ditemukan di Amerika
Serikat dan Australia. Tipe ini adalah nenek moyang dari Virus Corona dan punya
hubungan dekat dengan Virus Corona yang ditemukan pada kelelawar dan
trenggiling. Virus Corona Tipe B yang banyak ditemukan di Asia Timur berasal
dari hasil mutasi Tipe A. Jenis Tipe B inilah yang genom
pertamanya ditemukan di Wuhan dan kemudian penyakit ini menjadi mewabah.
Sedangkan Virus Corona yang saat ini menyebar di Hong Kong, Singapura, Korea,
dan negara-negara Eropa sebagian besar adalah Tipe C (yang sama sekali tidak
ditemukan di China) merupakan hasil mutasi dari Tipe B.
Pada 11 Februari 2020,
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam International
Classification of Diseases (ICD) mengumumkan bahwa CoronVirus Diseae-19
atau yang disingkat "CoViD-19" menjadi nama resmi dari penyakit ini.
Direktur WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menjelaskan singkatan nama tersebut
bahwa kata "Co" adalah singkatan dari "Corona" (korona),
kata "Vi" singkatan dari "Virus", dan kata "D" dari
kata "Disease" (penyakit), sementara angka "19" adalah
untuk tahun itu (2019) di mana wabah tersebut pertama kali diidentifikasi pada
tanggal 31 Desember 2019. WHO menjelaskan bahwa virus memang sering kali
memiliki nama yang berbeda dengan panyakit yang disebabkan. Sebagai contoh, HIV
adalah nama virus yang menyebabkan penyakit AIDS.
Berbagai pendapat
tentang perilaku Covid-19 yang dipengaruhi oleh musim, cuaca, suhu, pH, dan
kelembaban bahkan mengonsumsi makanan alkali belum dapat dipastikan. Kerana
pendapat-pendapat tersebut didasarkan pada virus SARS, MERS dan virus lain yang
pernah mewabah di dunia.
3.
Situasi
terkini
Pandemi
CoViD-19 di Indonesia diawali dengan temuan penderita pada 2 Maret 2020. Hingga
30 April 2020, telah terkonfirmasi 10.118 kasus positif CoViD-19 dengan 1.522
kasus sembuh dan 798 kasus meninggal.
Update
CoVid-19 di Indonesia dan secara global beberapa waktu belakangan ini dapat
dilihat pada Tabel-Tabel di bawah ini.
Tabel 1. Update CoVid-19
di Indonesia per 7 hari pada April
2020
Tanggal
|
Positif
|
Sembuh
|
Meninggal
|
||
Jumlah
|
%
|
Jumlah
|
%
|
||
01-Apr-20
|
1.677
|
22
|
1,312
|
157
|
9,362
|
07-Apr-20
|
2.738
|
204
|
7,451
|
221
|
8,072
|
14-Apr-20
|
4.839
|
426
|
8,803
|
459
|
9,485
|
21-Apr-20
|
7.135
|
842
|
11,801
|
616
|
8,633
|
28-Apr-20
|
9.511
|
1.252
|
13,164
|
733
|
7,707
|
30-Apr-20
|
10.118
|
1.522
|
15,042
|
798
|
7,887
|
Tabel 2.
Update CoVid-19 secara global 20-30 April 2020
Tanggal
|
Positif
|
Sembuh
|
Meninggal
|
||
Jumlah
|
%
|
Jumlah
|
%
|
||
20-Apr-20
|
2.394.291
|
611.880
|
25,556
|
164.938
|
6,889
|
21-Apr-20
|
2.483.113
|
652.552
|
26,280
|
170.498
|
6,866
|
22-Apr-20
|
2.553.435
|
688.639
|
26,969
|
177.293
|
6,943
|
23-Apr-20
|
2.636.898
|
717.619
|
27,215
|
184.186
|
6,985
|
24-Apr-20
|
2.708.470
|
738.257
|
27,257
|
190.788
|
7,044
|
25-Apr-20
|
2.790.986
|
781.382
|
27,997
|
197.306
|
7,069
|
26-Apr-20
|
2.921.439
|
836.978
|
28,650
|
203.289
|
6,959
|
27-Apr-20
|
2.990.559
|
875.497
|
29,275
|
207.446
|
6,937
|
28-Apr-20
|
3.064.225
|
922.387
|
30,102
|
211.537
|
6,903
|
29-Apr-20
|
3.138.097
|
955.695
|
30,455
|
217.968
|
6,946
|
30-Apr-20
|
3.193.886
|
972.719
|
30,456
|
227.638
|
7,127
|
Dari kedua Tabel di
atas, dapat diketahui bahwa CoVid-19 akan terus mewabah ketika manusia terus
tidak mengindahkan strategi penanggulangan yang dibuat oleh pemerintah. Bahkan
di Nusa Tenggara Timur yang beberapa waktu lalu menemukan 1 pasien dan setelah
dirawat beberapa lama kemudian dinyatakan telah sembuh, namun tanggal 30 April
2020 diberitakan bahwa di NTT sudah ada penambahan 9 pasien positif CoVid-19.
Memang dibutuhkan kesadaran setiap pribadi untuk menaati segala kebijakan dari
pemerintah terkait penanggulangan CoVid-19 ini.
Berbagai berita hoaks
dan juga spekulasi-spekulasi rohani, mulai dari mujizat hingga akhir zaman
telah banyak beredar di tengah-tengah masyarakat yang memicu pro-kontra di
kalangan masyarakat awam. Berikut beberapa informasi yang perlu diperhatikan di
antaranya:
1.
“Pengering tangan efektif
untuk membunuh virus CoViD-19”. Sebenarnya yang harus dilakukan adalah mencuci
tangan dengan air dan sabun secara teratur lalu dikeringkan dengan tisu. Karena
hal ini dapat meminimalisir risiko masuknya virus ke dalam tubuh, bukan
pengering tangan.
2.
WHO tidak menyarankan bagi Anda
menggunakan lampu UV untuk mensterilkan tangan atau area kulit lainnya karena
radiasi sinar UV dapat menyebabkan kulit menjadi iritasi. Karena sesungguhnya
lampu UV hanya digunakan untuk mensterilkan alat-alat kesehatan seperti di
ruang operasi atau di laboratorium.
3.
Pemindai suhu atau thermal detector
hanya bisa mendeteksi orang dengan virus Corona yang mengalami gejala demam.
Pasalnya, pemindai suhu tersebut bekerja untuk mendeteksi adanya perbedaan
suhu. Orang yang memiliki suhu tubuh lebih tinggi dari normal karena infeksi
virus ini dapat terdeteksi. Sebaliknya, pendeteksi suhu tidak dapat mendeteksi
orang yang terinfeksi tetapi belum sakit demam.
4.
Menyemprotkan alkohol atau klorin ke
seluruh tubuh Anda tidak akan membunuh virus yang telah memasuki tubuh Anda.
Menyemprotkan zat-zat semacam itu bisa berbahaya bagi pakaian atau selaput
lendir tubuh seperti mata dan mulut. Ketahuilah bahwa alkohol dan klorin dapat
berguna untuk mendisinfeksi permukaan, tetapi perlu digunakan di bawah
rekomendasi yang tepat.
5.
Vaksin pneumonia, seperti vaksin
pneumokokus dan vaksin Haemophilus influenza tipe B, tidak memberikan
perlindungan terhadap virus corona baru. CoViD-19 adalah virus baru dan berbeda
sehingga membutuhkan vaksin sendiri.
6.
Tidak ada bukti bahwa mencuci hidung
dengan saline secara teratur akan
melindungi orang dari infeksi virus corona. Saline merupakan cairan larutan
garam dan air yang digunakan pada perawatan kesehatan flu biasa.
7.
Menurut Profesor Nidom (penemu
empon-empon yang juga merupakan Guru Besar di Universitas
Airlangga), manfaat empon-empon bukan untuk memberantas atau menyembuhkan
seseorang yang terinfeksi virus Corona. Akan tetapi empon-empon diduga bisa
mengurangi dampak dari bahaya sitokin dan meningkatkan daya tahan tubuh.
8.
Belum ada satu pun penelitian yang
menyebut keterkaitan hidup matinya virus Corona disease - 19 (bisa mati dalam
suhu 26°C-27°C saat terkena sinar matahari) dengan suhu udara (Kepala Bidang
Penelitian Fundamental Lembaga Biologi Molekular Eijkman, Herawati Sudoyo,
Maret 2020). Menurut Herawati (2020), virus Corona memang akan mati jika
dipanasi dengan suhu 56 derajat Celcius selama 30 menit. Namun, dia mengingatkan
bahwa suhu di Indonesia tidak mencapai 56 derajat. Pada 8 Februari 2020, China
Daily juga membantah isu bahwa sinar matahari bisa membunuh CoViD-19. Suhu
iradiasi matahari tidak bisa mencapai 56 derajat Celcius. Sinar ultraviolet pun
tidak dapat menyamai intensitas dari lampu ultraviolet. Karena itu, virus
tersebut tidak dapat dibunuh oleh sinar matahari.
9. Galamedianews.com
memberitakan tanggal 8 April 2020 bahwa Ratusan orang meninggal dan ribuan
lainnya harus mendapat perawatan setelah keracunan alkohol murni di Iran.
Tepatnya 600 nyawa melayang dan 3.000 orang dalam kondisi lemas usai menenggak
minuman yang diyakini mampu menyembuhkan CoViD-19. Selanjutnya media Suara.com
memberitakan tanggal 28 April 2020 bahwa sebanyak 728 orang di Iran meninggal
dunia setelah menenggak metanol beracun. Mereka nekat mengegak alkohol
lantaran mengira alkohol bisa membunuh
virus corona.
10. Para
ahli kesehatan masih berusaha menemukan vaksin serta cara penanganan yang
efektif untuk menghadapi virus ini. Namun, hingga saat ini, kebanyakan negara
mengambil tindakan isolasi untuk menahan penyebaran virus corona. Sejauh ini,
para tenaga medis lebih fokus pada penanganan gejala saat virus bekerja pada
pasien.
11. Berdasarkan
informasi yang dipublikasikan U.S.
Centers for Disease Control and Prevention orang-orang yang terinfeksi
virus corona hanya menerima pengobatan untuk meredakan gejala yang mereka
rasakan. Namun, beberapa obat yang diracik ulang seperti obat-obat untuk Ebola
dan HIV berdasarkan penelitian terbaru menampakkan reaksi positif terhadap
pengobatan pasien virus corona. Melalui penelitian yang dilakukan pada hewan,
peneliti menemukan bahwa remdesivir bisa meredakan
coronavirus, obat ini merupakan jenis obat yang digunakan di penyakit MERS dan
SARS. Namun, di luar kondisi gawat darurat, obat-obatan ini belum membuktikan
efektivitasnya. Obat yang dipergunakan secara luas dalam menangani malaria
yaitu chloroquine juga menampakkan reaksi yang positif terhadap virus
corona. Menurut profesor Fanxiu Zhu (Departemen Sains Biologi Universitas
Florida), chloroquine tampak seperti
obat yang punya konsentrasi lebih tinggi dibandingkan remdesivir, dan jika
reaksi terhadap obat ini tampak benar-benar seperti yang terlihat dalam
penelitian, obat ini cukup menjanjikan (sebagai obat corona).
4.
Tanggapan
pemerintah
Gubernur
DKI Jakarta Anies Baswedan telah menerapkan PSBB mulai Jumat 10 April 2020 masyarakat
Jakarta dapat menunjukkan kedisiplinan dan komitmen untuk melewati 14 hari ke
depan mulai 10-23 April 2020. Sebelumnya, telah dikeluarkan berbagai kebijakan
pemerintah untuk menangani semakin mewabahnya CoViD-19, dimulai dari
Permendagri nomor 20 tahun 2020 tentang percepatan penanganan Covid-19 di
lingkungan pemerintah daerah, SE Mendagri Nomor 440/2436/SJ tentang pencegahan
penyebaran CoViD-19 di lingkungan pemerintah daerah, Permenkumham nomor 11
tahun 2020 tentang pelarangan sementara orang asing masuk wilayah RI, PP Nomor
21 tahun 2020 tentang pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB),
hingga Permenkes Nomor 9 tahun 2020 tentang pedoman PSBB dalam rangka
percepatan penanganan Covid-19. Bahkan Pemerintah telah resmi berlakukan
larangan mudik mulai 24 April 2020, mengakibatkan seluruh moda transportasi
dihentikan sementara hingga batas waktu yang ditentukan. Transportasi darat
hingga 31 Mei, kereta api hingga 15 Juni, transportasi laut hingga 8 Juni,
transportasi udara hingga 1 Juni. Semuanya ini untuk kepentingan/keselamatan
masyarakat semata
Tabel
3.
Beberapa istilah dalam penanganan CoViD-19.
Istilah
|
Kriteria
|
Pasien dalam pengawasan (PDP)
|
·
Orang dengan infeksi saluran pernapasan akut
(ISPA), yaitu demam (≥38 °C) atau riwayat demam; disertai salah satu
gejala/tanda penyakit pernapasan: batuk, sesak napas, sakit tenggorokan,
pilek, atau pneumonia ringan hingga berat dan tidak ada penyebab lain
berdasarkan gambaran klinis yang meyakinkan dan pada 14 hari sebelum
timbulnya gejala memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di negara/wilayah
tertular CoViD-19.
|
·
Orang dengan demam (≥38 °C) atau riwayat demam
atau ISPA dan pada 14 hari sebelum timbulnya gejala memiliki riwayat kontak
dengan penderita CoViD-19.
|
|
·
Orang dengan ISPA berat atau pneumonia berat yang
membutuhkan perawatan di rumah sakit dan tidak ada penyebab lain berdasarkan
gambaran klinis yang meyakinkan.
|
|
Orang dalam pemantauan (ODP)
|
Orang yang
mengalami demam (≥38 °C) atau riwayat demam; atau gejala gangguan sistem
pernapasan seperti pilek, sakit tenggorokan, atau batuk dan tidak ada
penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang meyakinkan dan pada 14 hari
sebelum timbulnya gejala memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di
negara/wilayah yang tertular CoViD-19.
|
Orang tanpa gejala (OTG)
|
Seseorang yang
tidak bergejala dan memiliki risiko tertular penderita CoViD-19. Orang tanpa
gejala (OTG) memiliki kontak erat dengan penderita CoViD-19.
|
Kasus konfirmasi
|
Penderita CoViD-19
berdasarkan hasil pemeriksaan positif melalui pemeriksaan PCR.
|
Perlu
diketahui pula bahwa hingga kini para ahli kesehatan masih berusaha menemukan
vaksin serta cara penanganan yang efektif untuk menghadapi virus ini. Pola
ikatan antara protein S di CoViD-19 dan ACE pada sel pernapasan, mirip dengan
yang terjadi pada SARS-CoV-2. Kendati begitu para peneliti yakin ada perbedaan
asam amino yang mengikat protein S di CoViD-19 dan ACE. Asam amino inilah yang
mempengaruhi kelengketan virus pada sel pernapasan dan mudahnya terjadi
penularan. Asam amino inilah yang menimbulkan peluang diciptakannya vaksin
corona atau metode pengobatan lainnya. Ada beberapa negara yang menyatakan
sedang mencoba vaksin corona dalam berbagai tahapan. Namun belum ada yang
mendapat izin digunakan pada manusia dan diproduksi massal.
Sehingga untuk
menghambat penyebaran CoViD-19 yang semakin meluas, kebanyakan negara mengambil
tindakan isolasi. Para tenaga medis yang ditugaskan lebih fokus pada penanganan
gejala saat virus bekerja pada pasien. Sebelum pasien dinyatakan positif
terinfeksi, pasien menjalani swab
tenggorok dan pemeriksaan laboratorium DNA dengan Polymerase Chain Reaction (PCR). Kemudian dilakukan monitoring dan
terapi kepada pasien. Monitoring dan terapi tersebut meliputi: Isolasi,
Implementasi PPI, Serial foto toraks, Suplementasi oksigen, Antimikroba
empiris, Terapi simplomatik, Terapi cairan, Ventilasi mekanis, Penggunaan
vasopressor, Observasi, serta pemilahan terapi penyakit penyerta.
Untuk melindungi diri
sekaligus menahan penyebaran CoViD-19, masyarakat dihimbau untuk dapat
melakukan hal-hal berikut, yaitu:
•
Rutin mencuci tangan dengan sabun dan
air mengalir, terutama setelah beraktivitas di luar rumah atau di tempat umum.
•
Hindari menyentuh area wajah, seperti
mata, hidung, dan mulut sebelum membersihkan tangan
•
Jangan keluar rumah jika merasa kurang
sehat atau memiliki gejala flu
•
Tutup mulut dan hidung dengan tisu atau
siku bagian dalam ketika batuk atau bersin. Jika menggunakan tisu, segera buang
tisu.
•
Bersihkan barang-barang yang sering digunakan
dengan disinfektan, seperti gawai atau handphone, laptop, meja, dan lainnya
•
Terapkan gaya hidup sehat, mulai dari
pola makan, olahraga, serta hindari begadang untuk menjaga dan meningkatkan
kekebalan/daya tahan tubuh.
•
Terapkan physical distancing, yaitu menjaga jarak minimal 1 meter dari orang
lain, dan jangan dulu ke luar rumah kecuali ada keperluan mendesak.
•
Gunakan masker saat beraktivitas di
tempat umum atau keramaian.
•
Hindari kontak dengan penderita CoViD-19,
orang yang dicurigai positif terinfeksi CoViD-19, atau orang yang sedang sakit
demam, batuk, atau pilek.
•
Jaga kebersihanan lingkungan, termasuk
kebersihan rumah.
Dapak terhadap
psikologis dapat terjadi karena perasaan terjebak di bawah PSBB (karantina,
pembatasan perjalanan, dan isolasi mandiri). Sehingga perlu diterbitkan suatu
pedoman nasional intervensi krisis psikologis, yakni perawatan kesehatan mental
untuk orang-orang yang terkena dampak, kontak dekat, mereka yang terisolasi di
rumah, keluarga dan teman-teman dari orang yang terkena dampak, perawatan
kesehatan pekerja, dan masyarakat umum yang membutuhkannya.
5.
Kapan
berakhir?
Suatu
langkah maju, di mana beberapa negara (China, Amerika Serikat, Israel, Inggris,
dan Indonesia) sedang mencoba membuat vaksin CoViD-19. Di Indonesia, vaksin ini
disiapkan oleh Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, yang nantinya diproduksi
melalui Institute of Tropical Disease
(ITD). Banyak organisasi menggunakan genom yang diterbitkan untuk mengembangkan
kemungkinan vaksin terhadap SARS-CoV-2. Pada akhir Januari 2020, Janssen Pharmaceutica mulai bekerja
mengembangkan vaksin dengan memanfaatkan teknologi yang sama yang digunakan
untuk membuat percobaan vaksin Ebola. Sanofi
Pasteur (Divisi vaksin Sanofi) untuk pengembangan vaksin, sebelumnya telah
mengembangkan vaksin untuk SARS dan mulai berharap memiliki calon vaksin dalam
waktu enam bulan yang dapat siap untuk diuji pada orang dalam satu tahun hingga
18 bulan.
Meskipun
obat CoViD-19 mungkin membutuhkan waktu hingga 2021, beberapa obat yang sedang
diuji sudah disetujui untuk indikasi antivirus lain atau sudah dalam pengujian
lanjutan. Antivirus yang diuji seperti inhibitor RNA polimerase remdesivir, interferon
beta, triazavirin, klorokuin, dan kombinasi lopinavir/ritonavir. Obat lain yang
sedang diuji termasuk galidesivir, antivirus spektrum luas yang merupakan inhibitor
RNA polimerase nukleosida, dan beberapa obat antivirus sudah dalam uji klinis.
Karena memiliki efek terhadap koronavirus lainnya dan mode tindakan yang
menunjukkan pengobatan tersebut mungkin efektif.
Kemudian
bagaimana dengan rentang waktu yang ada? Bagaimana agar penyebaran CoViD-19 ini
bisa dihambat? Jawabannya tergantung Anda dan Saya. Kita dapat merasakan lapar dan
dapat melihat makanan, tetapi kita tidak dapat merasakan bahkan melihat
datangnya CoViD-19 selain dapat diketahui melalui gejala klinis. Oleh karena
itu, mari hilangkan ego masing-masing, bersama-sama tunduk kepada kebijakan
pemerintah, dan bersama-sama lakukan protokol kesehatan. Penting untuk
diketahui bahwa pemerintah tidak memiliki niat buruk terhadap masyarakat.
PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Virus
https://www.sehatq.com/artikel/virus-adalah-organisme-mikroskopik-bisa-picu-penyakit-bagaimana-strukturnya
https://www.liputan6.com/health/read/3872997/virus-adalah-mikroba-penyebab-penyakit-klasifikasi-dan-penyebab-infeksinya#
https://www.liputan6.com/global/read/4227133/ilmuwan-bermutasi-3-kali-virus-corona-di-china-beda-jenis-dengan-eropa
https://www.galamedianews.com/dunia/253471/diklaim-sembuhkan-pasien-covid-19-tenggak-alkohol-murni-600-warga-iran-tewas-3-000-jalani-perawatan.html
https://www.riauonline.co.id/internasional/read/2020/04/28/minum-alkohol-untuk-bunuh-covid-19-728-warga-iran-tewas
Wang Jing, Yu
Li, Li Kefeng, 2020, Benefits and Risks of Chloroquine and Hydroxychloroquine
in The Treatment of Viral Diseases: A Meta-Analysis of Placebo Randomized
Controlled Trials, medRxiv 1-21
Tidak ada komentar:
Posting Komentar