Jumat, 11 November 2022

 

PEMANASAN GLOBAL DAN PENDEKATAN SOLUSI

 

OLEH : LOTH BOTAHALA, S.T., M.Si.

Dosen pada program studi kimia Untrib Kalabahi

2022

 

Pada paling tidak lima belas sampai dua puluh tahun terakhir ini, saya merasakan dan melihat keanehan yang terjadi di sekitar saya. Mungkin anda juga merasakan hal yang sama namun anda tidak menanggapinya karena kejadiannya begitu lambat nyaris tak terasa. Ketika anda melihat volume air sungai yang semakin berkurang hingga mengalami kekeringan pada musim kemarau, daun yang hijau tiba-tiba kering seperti tersambar panas api, terjadinya hujan secara acak (tidak teratur), dan masih banyak lagi fenomena lain yang terjadi dan suatu kejadian luar biasa yang pernah terjadi di Alor, tahun 2015 nyaris saja kipas angin di toko-toko habis terjual karena panas bumi yang begitu tinggi. Sesungguhnya hal ini telah diperbincangkan banyak orang sejak lama dengan nama pemanasan global (global warming).

Pemanasan global adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan bumi, yang akan mengakibatkan adanya perubahan iklim yang sangat ekstrim di bumi yang mempengaruhi terganggunya hutan dan ekosistem lainnya, termasuk juga mencairnya gunung es sehingga menimbulkan naiknya permukaan air laut. Sesungguhnya pemanasan global ini sudah ada sejak dunia diciptakan yang ditandai dengan sebuah efek “rumah kaca” untuk menghangatkan bumi yang merupakan tempat berlangsungnya proses kehidupan. Istilah rumah kaca diadopsi dari petani di belahan bumi yang jarang mendapatkan sinar matahari untuk proses fotosintesis tanaman sehingga membuat rumah dari kaca sebagai wadah menanam tanaman. Setelah matahari menyinari wadah tersebut maka tanaman yang terdapat dalam wadah itu tetap mendapatkan kehangatan dari panas matahari yang telah terjebak dalam wadah tersebut.

Di atmosfer, telah dipenuhi oleh berbagai gas buang sehingga membentuk semacam tudung bagi bumi terhadap sinar matahari sehingga berbentuk rumah kaca. Tudung ini dapat ditembusi oleh panas/sinar matahari ke bumi namun tidak dapat mengeluarkan panas yang dipantulkan dari bumi tetapi menyerap panas bumi dan mengembalikan panas tersebut ke bumi bersama panas matahari. Menurut hukum fisika panjang gelombang sinar yang dipancarkan sebuah benda  tergantung pada suhu benda tersebut. Makin tinggi suhunya akan semakin pendek gelombangnya. Matahari dengan suhu yang tinggi, memancarkan sinar dengan gelombang yang pendek. Namun sebaliknya karena permukaan bumi dengan suhu yang rendah, maka memancarkan sinar dengan gelombang panjang yaitu sinar infra-merah.  Ketika radiasi gelombang pendek dari sinar matahari (bersuhu tinggi) masuk ke bumi, dapat menembusi rumah kaca yang telah terbentuk dari berbagai gas buang tersebut namun tidak dapat memancarkan radiasi gelombang panjang yang keluar dari bumi (bersuhu rendah), sebaliknya sinar infra merah dalam atmosfer terserap oleh gas tertentu, hingga tidak terlepas ke luar angkasa. Panas yang terperangkap tersebut, dipancarkan kembali ke bumi sehingga menimbulkan suhu  permukaan bumi menjadi naik; dan peristiwa inilah yang disebut dengan istilah “efek rumah kaca”. Gas yang menyebabkan terjadinya efek rumah kaca disebut “gas rumah kaca“ (GRK); yang antara lain meliputi metana (CH4),  dinitro oksida (N2O), dihidrogen oksida (H2O), Chlorofluorocarbons (CFCs), karbondioksida (CO2), hidrofluorokarbon (HFC), perfluorokarbon (PFC), sulfur heksafluorida (SF8) dan lain-lain. Meskipun beberapa informasi menyebutkan bahwa persentase CO2 di udara lebih besar dari gas yang lain namun potensi pemanasan dari gas-gas lain lebih besar dari gas CO2. Misalnya SF, CFC, PFC, HFC memiliki potensi pemanasan 1500-7000 kali; N2O 360 kali, CH4 24 kali dari panas yang ditimbulkan akibat adanya gas CO2. Karena gas-gas ini (berasal dari AC, kulkas, obat-obatan berupa gas/semprot misalnya obat pembasmi hama, obat pembasmi tanaman tertentu, dll) lebih mudah membubarkan ozon (O3) di atmosfer dan membentuk gas lain secara kimiawi. Sehingga selain merusak lapisan ozon, juga menambah jumlah gas yang dapat membentuk gas rumah kaca. Sumber penghasil gas CO2 terbesar berasal dari pembakaran batubara dan proses kalsinasi (PLTU dan pabrik semen) sebesar 5,6 milyar ton CO2 /tahun (70-75%) sedangkan sisanya berasal dari proses-proses lain.

Selain hal-hal yang telah dijelaskan di awal sebagai fenomena yang terjadi, gas-gas rumah kaca juga dapat mengakibatkan berbagai dampak lain misalnya:  secara kimiawi, ikatan senyawa-senyawa ini dapat terlepas dalam kondisi tertentu dan mengikat oksigen yang telah membentuk ozon sehingga ketersediaan ozon di alam menipis yang memberi dampak berupa menurunnya kekebalan tubuh manusia terhadap berbagai penyakit akibat radiasi, banyaknya sumur bor yang belum dimanfaatkan memacu kecepatan penguapan air sehingga bumi semakin kering mengakibatkan adanya retakan dan patahan dalam perut bumi akibat kering sehingga mempercepat dan meningkatkan terjadinya gempa tektonik, dan masih banyak dampak lain yang dapat timbul akibat pemanasan global.

Solusi yang ditawarkan tidak lazim lagi namun membutuhkan kesadaran dan kemauan akan pemeliharaan bumi dengan prinsip bumi ini titipan anak cucu kita sehingga perlu dirawat untuk kepentingan anak cucu kita pada masa mendatang. Pendekatan pertama adalah mencegah gas CO2 dilepas ke atmosfer dengan cara menyimpan gas CO2 di tempatnya (pada tanaman). Karena tanaman membutuhkan CO2 untuk proses fotosintesis dengan bantuan sinar matahari. Hasilnya glukosa untuk tanaman dan oksigen untuk manusia. Kita harus menanam pohon minimal satu pohon/tahun dan harus merawat anakan pohon tersebut paling kurang tiga tahun. Sesungguhnya penanaman anakan pohon selama ini cukup meningkat. Bisa sampai puluhan ribu pohon per tahun, namun karena tidak diikuti dengan pengawasan dan pemeliharaan yang baik dan benar sehingga kita nyaris tidak menemukan hasilnya pada tiga hingga lima tahun kemudian. Oleh karena itu sangat penting untuk merawat dan memelihata anakan pohon. 

1)      1)2) 3) 4)


Caranya: 1). botol diisi air,  2). ditututp dan dilubangi pada kedua sisinya,  3). lalu diletakkan pada batang anakan pohon yang telah ditanam. 4). Setelah itu setiap 3 – 5 hari dikontrol untuk memastikan botol air tersebut. Ketika airnya berkurang atau habis, segera titambahkan. Hentikan penebangan pohon/hutan secara liar dengan alasan apapun tanpa didahului dengan menanam dan merawat. Banyak orang yang menebang pohon dengan alasan membangun rumah. Pertanyaannya, membangun rumah yang mana lagi? Ketika menebang pohon tanpa menanam dan merawat terlebih dahulu, kita telah membiarkan gas-gas terutama gas CO2 memenuhi atmosfer kita sehingga menambah peningkatan efek rumah kaca. Sinar matahari pun bebas menembusi bumi karena tidak terjadi proses fotosintesis yang sedikit menghambat sinar matahari langsung mengenai bumi sehingga mempercepat penguapan dari perut bumi yang mengakibatkan bumi menjadi kering. Berikut, hentikan pembuatan sumur bor tanpa pertimbangan yang jelas. Karena air dalam dasar bumi akan lebih cepat menguap dengan adanya panas yang berlebihan sehingga ketika dasar bumi menjadi kering, akan terjadi retak-retak yang kemudian mengakibatkan patahan-patahan di dasar bumi. Selanjutnya batasi pabrik yang menggunakan batubara sebagai bahan bakar. Atau jika pabrik tersebut sangat penting bagi kebutuhan masyarakat maka perlu diperhitungkan analisis mengenai dampak lingkungan secara matang. Misalnya pabrik semen yang sudah mengurangi produksi gas CO2 dengan memproduksi semen komposit. PLTU pun harus memikirkan solusi yang tepat untuk tidak merusak bumi ini dengan memproduksi gas CO2 secara berlebihan. Tetapi solusi tidak diikuti dengan implementasi secara kontinu maka sia-sia juga.

Mari lindungi bumi ini dari ancaman serius dengan berperang melawan diri sendiri yang terlalu egois semena-mena terhadap lingkungan di sekitar kita.


1 komentar: