PEMANASAN
GLOBAL DAN PENDEKATAN SOLUSI
OLEH
: LOTH BOTAHALA, S.T., M.Si.
Dosen
pada program studi kimia Untrib Kalabahi
2022
Pada paling tidak lima
belas sampai dua puluh tahun terakhir ini, saya merasakan dan melihat keanehan
yang terjadi di sekitar saya. Mungkin anda juga merasakan hal yang sama namun
anda tidak menanggapinya karena kejadiannya begitu lambat nyaris tak terasa.
Ketika anda melihat volume air sungai yang semakin berkurang hingga mengalami
kekeringan pada musim kemarau, daun yang hijau tiba-tiba kering seperti
tersambar panas api, terjadinya hujan secara acak (tidak teratur), dan masih
banyak lagi fenomena lain yang terjadi dan suatu kejadian luar biasa yang
pernah terjadi di Alor, tahun 2015 nyaris saja kipas angin di toko-toko habis
terjual karena panas bumi yang begitu tinggi. Sesungguhnya hal ini telah
diperbincangkan banyak orang sejak lama dengan nama pemanasan global (global warming).
Pemanasan global adalah
adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan bumi, yang
akan mengakibatkan adanya perubahan iklim yang sangat ekstrim di bumi yang
mempengaruhi terganggunya hutan dan ekosistem lainnya, termasuk juga mencairnya
gunung es sehingga menimbulkan naiknya permukaan air laut. Sesungguhnya pemanasan
global ini sudah ada sejak dunia diciptakan yang ditandai dengan sebuah efek “rumah kaca” untuk menghangatkan bumi yang
merupakan tempat berlangsungnya proses kehidupan. Istilah rumah kaca diadopsi dari petani di belahan bumi yang jarang
mendapatkan sinar matahari untuk proses fotosintesis tanaman sehingga membuat
rumah dari kaca sebagai wadah menanam tanaman. Setelah matahari menyinari wadah
tersebut maka tanaman yang terdapat dalam wadah itu tetap mendapatkan
kehangatan dari panas matahari yang telah terjebak dalam wadah tersebut.
Di atmosfer, telah
dipenuhi oleh berbagai gas buang sehingga membentuk semacam tudung bagi bumi
terhadap sinar matahari sehingga berbentuk rumah kaca. Tudung ini dapat
ditembusi oleh panas/sinar matahari ke bumi namun tidak dapat mengeluarkan
panas yang dipantulkan dari bumi tetapi menyerap panas bumi dan mengembalikan
panas tersebut ke bumi bersama panas matahari. Menurut hukum fisika panjang
gelombang sinar yang dipancarkan sebuah benda
tergantung pada suhu benda tersebut. Makin tinggi suhunya akan semakin
pendek gelombangnya. Matahari dengan suhu yang tinggi, memancarkan sinar dengan
gelombang yang pendek. Namun sebaliknya karena permukaan bumi dengan suhu yang
rendah, maka memancarkan sinar dengan gelombang panjang yaitu sinar
infra-merah. Ketika radiasi gelombang
pendek dari sinar matahari (bersuhu tinggi) masuk ke bumi, dapat menembusi
rumah kaca yang telah terbentuk dari berbagai gas buang tersebut namun tidak
dapat memancarkan radiasi gelombang panjang yang keluar dari bumi (bersuhu
rendah), sebaliknya sinar infra merah dalam atmosfer terserap oleh gas
tertentu, hingga tidak terlepas ke luar angkasa. Panas yang terperangkap tersebut,
dipancarkan kembali ke bumi sehingga menimbulkan suhu permukaan bumi menjadi naik; dan peristiwa
inilah yang disebut dengan istilah “efek
rumah kaca”. Gas yang menyebabkan terjadinya efek rumah kaca disebut “gas
rumah kaca“ (GRK); yang antara lain meliputi metana (CH4), dinitro oksida (N2O), dihidrogen oksida
(H2O), Chlorofluorocarbons (CFCs), karbondioksida (CO2), hidrofluorokarbon
(HFC), perfluorokarbon (PFC), sulfur heksafluorida (SF8) dan
lain-lain. Meskipun beberapa informasi menyebutkan bahwa persentase CO2
di udara lebih besar dari gas yang lain namun potensi pemanasan dari gas-gas
lain lebih besar dari gas CO2. Misalnya SF, CFC, PFC, HFC memiliki
potensi pemanasan 1500-7000 kali; N2O 360 kali, CH4 24
kali dari panas yang ditimbulkan akibat adanya gas CO2. Karena
gas-gas ini (berasal dari AC, kulkas, obat-obatan berupa gas/semprot misalnya obat
pembasmi hama, obat pembasmi tanaman tertentu, dll) lebih mudah membubarkan
ozon (O3) di atmosfer dan membentuk gas lain secara kimiawi.
Sehingga selain merusak lapisan ozon, juga menambah jumlah gas yang dapat
membentuk gas rumah kaca. Sumber penghasil gas CO2 terbesar berasal
dari pembakaran batubara dan proses kalsinasi (PLTU dan pabrik semen) sebesar
5,6 milyar ton CO2 /tahun (70-75%) sedangkan sisanya berasal dari
proses-proses lain.
Selain hal-hal yang
telah dijelaskan di awal sebagai fenomena yang terjadi, gas-gas rumah kaca juga
dapat mengakibatkan berbagai dampak lain misalnya: secara kimiawi, ikatan senyawa-senyawa ini
dapat terlepas dalam kondisi tertentu dan mengikat oksigen yang telah membentuk
ozon sehingga ketersediaan ozon di alam menipis yang memberi dampak berupa
menurunnya kekebalan tubuh manusia terhadap berbagai penyakit akibat radiasi,
banyaknya sumur bor yang belum dimanfaatkan memacu kecepatan penguapan air
sehingga bumi semakin kering mengakibatkan adanya retakan dan patahan dalam
perut bumi akibat kering sehingga mempercepat dan meningkatkan terjadinya gempa
tektonik, dan masih banyak dampak lain yang dapat timbul akibat pemanasan
global.
Solusi yang ditawarkan tidak lazim lagi namun membutuhkan kesadaran dan kemauan akan pemeliharaan bumi dengan prinsip bumi ini titipan anak cucu kita sehingga perlu dirawat untuk kepentingan anak cucu kita pada masa mendatang. Pendekatan pertama adalah mencegah gas CO2 dilepas ke atmosfer dengan cara menyimpan gas CO2 di tempatnya (pada tanaman). Karena tanaman membutuhkan CO2 untuk proses fotosintesis dengan bantuan sinar matahari. Hasilnya glukosa untuk tanaman dan oksigen untuk manusia. Kita harus menanam pohon minimal satu pohon/tahun dan harus merawat anakan pohon tersebut paling kurang tiga tahun. Sesungguhnya penanaman anakan pohon selama ini cukup meningkat. Bisa sampai puluhan ribu pohon per tahun, namun karena tidak diikuti dengan pengawasan dan pemeliharaan yang baik dan benar sehingga kita nyaris tidak menemukan hasilnya pada tiga hingga lima tahun kemudian. Oleh karena itu sangat penting untuk merawat dan memelihata anakan pohon.
Caranya: 1). botol diisi air, 2).
ditututp dan dilubangi pada kedua sisinya,
3).
lalu diletakkan pada batang anakan pohon yang telah ditanam. 4). Setelah itu setiap 3 – 5 hari dikontrol untuk memastikan
botol air tersebut. Ketika airnya berkurang atau habis, segera titambahkan. Hentikan
penebangan pohon/hutan secara liar dengan alasan apapun tanpa didahului dengan
menanam dan merawat. Banyak orang yang menebang pohon dengan alasan membangun
rumah. Pertanyaannya, membangun rumah yang mana lagi? Ketika menebang pohon
tanpa menanam dan merawat terlebih dahulu, kita telah membiarkan gas-gas
terutama gas CO2 memenuhi atmosfer kita sehingga menambah peningkatan
efek rumah kaca. Sinar matahari pun bebas menembusi bumi karena tidak terjadi
proses fotosintesis yang sedikit menghambat sinar matahari langsung mengenai
bumi sehingga mempercepat penguapan dari perut bumi yang mengakibatkan bumi
menjadi kering. Berikut, hentikan pembuatan sumur bor tanpa pertimbangan yang
jelas. Karena air dalam dasar bumi akan lebih cepat menguap dengan adanya panas
yang berlebihan sehingga ketika dasar bumi menjadi kering, akan terjadi
retak-retak yang kemudian mengakibatkan patahan-patahan di dasar bumi. Selanjutnya
batasi pabrik yang menggunakan batubara sebagai bahan bakar. Atau jika pabrik
tersebut sangat penting bagi kebutuhan masyarakat maka perlu diperhitungkan
analisis mengenai dampak lingkungan secara matang. Misalnya pabrik semen yang
sudah mengurangi produksi gas CO2 dengan memproduksi semen komposit.
PLTU pun harus memikirkan solusi yang tepat untuk tidak merusak bumi ini dengan
memproduksi gas CO2 secara berlebihan. Tetapi solusi tidak diikuti
dengan implementasi secara kontinu maka sia-sia juga.
Mari lindungi bumi ini
dari ancaman serius dengan berperang melawan diri sendiri yang terlalu egois
semena-mena terhadap lingkungan di sekitar kita.
Mari menjaga alam demi anak cucu
BalasHapus